Menu

Mode Gelap

Berita · 25 Sep 2023 14:13 WIB

7 Tradisi untuk Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia


 Nampak masyarakat Indonesia sedang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid. [ANTARA/Asep Fathulrahman] Perbesar

Nampak masyarakat Indonesia sedang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid. [ANTARA/Asep Fathulrahman]

Situbondo, Publikapost.com – Kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW jatuh pada 12 Rabbiul Awwal, Jika dikonversikan ke kalender Masehi, maka tahun tersebut 570 M, beberapa lainnya menyebut 571 M, bertepatan dengan peristiwa serangan tentara gajah yang dipimpin Abraha untuk meluluhlantahkan bumi Makkah khususnya Ka’bah. Kegagalan untuk menghancurkan Ka’bah terjadi akibat pertolongan Allah SWT yang mengirim burung Ababil dengan melemparkan batu api neraka kepada pasukan gajah tersebut.

Bagi umat Islam Indonesia khususnya warga Nahdlatul Ulama sudah menyiapkan pelbagai kegiatan bermanfaat untuk merayakan Maulid Nabi. Perayaan ini terus dilakukan dan menjadi sebuah tradisi bagi umat muslim. Seluruh umat muslim di dunia merayakan peringatan Maulid Nabi dengan tujuan memperlajari kembali kisah perjalanan hidup dan perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam semasa hidupnya.

Bumi Nusantara, sebutan lain Indonesia, memiliki masyarakat dengan latar belakang yang berbeda dengan bermacam suku bangsa, adat istiadat serta tradisi berbeda pula tak mempengaruhi kesakralan dalam melaksanakan perayaan maulid. Menukil detik.com, berikut ragam tradisi untuk merayakan Maulid Nabi dari berbagai daerah di Indonesia.

1. Tradisi Maulod di Aceh

Peringatan Maulid Nabi di Aceh dikenal dengan sebutan maulod. Setiap pelaksanaannya, tradisi maulod dilakukan dengan meriah oleh masyarakat Aceh.

Dikutip dari laman Dinas Dayah Provinsi Aceh, dalam pelaksanaan tradisi maulod ini masyarakat menggelar kenduri yang besar. Masyarakat mengundang anak yatim dan para kerabat.

Di Aceh, maulod tidak hanya digelar pada hari yang telah ditetapkan di kalender saja. Melainkan, maulod di Aceh digelar hingga beberapa bulan lamanya.

Merujuk pada penanggalan kalender Islam, tradisi maulod dimulai pada bulan Rabiul Awal kemudian berlanjut pada Rabiul Akhir hingga Jumadil Awal.

Pada bulan Rabiul Awal perayaan maulid disebut dengan Maulod Awai, Rabiul Akhir disebut dengan Maulod Teungoh, dan kemudian Jumadil Awal disebut dengan Maulod Akhe.

Kemudian, dalam kenduri maulod, ada keunikannya tersendiri juga. Warga yang kenduri, membawa makanan menggunakan tempat khusus yang disebut dengan dalong. Tempat ini untuk mengisi nasi dan lauk.

Nasi yang dikendurikan dalam tradisi maulod ini bentuknya juga berbeda dengan yang lain. Nasi ini sering disebut dengan bu kulah. Nasi untuk kenduri maulod ini dibungkus daun pisang dengan bentuk seperti piramida.

2. Tradisi Bungo Lado dari Sumatera Barat

Sumatera Barat ada tradisi tersendiri untuk memperingati Maulid Nabi. Tradisi itu bernama Bungo Lado yang digelar masyarakat di beberapa dari di Sumatera Barat, khususnya di wilayah Padang Pariaman.

Tradisi Bungo ini seperti infak tang diberikan orang-orang dengan beragam tujuan. Mulai untuk orang yang membutuhkan dan pembangunan sarana ibadah.

Bungo Lado dibuat seperti pohon yang berdaun uang. Adapun uang yang dikaitkan ke pohon beragam nominalnya.

Tradisi ini dianggap sebagai bentuk dari saling tolong menolong dan sifat gotong royong yang kuat khusus untuk kegiatan beribadah.

3. Tradisi Grebeg Maulid Yogyakarta

Tradisi Grebeg Maulid tentunya sudah tak asing bagi masyarakat khususnya di Yogyakarta. Perayaan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW pasti di meriah dengan tradisi ini.

Tradisi Grebeg dulunya dikenal dengan keluarga Sultan dari istana memberikan gunungan atau bantuan kepada rakyatnya. Ada tiga tradisi Grebeg yaitu Grebeg Syawal, Grebeg Maulud, dan Grebeg Besar. Ketiganya dilaksanakan dengan hari besar agama Islam.

Grebeg Maulud sendiri diadakan untuk merayakan dan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad. Biasanya tradisi Grebeg diawali dengan parade prajurit Keraton yang keluar lengkap dengan senjata khusus, dan alat musik.

Gunungan yang isinya makanan ditumpuk berbentuk gunung dibawa untuk melengkapi Grebeg Maulid. Gunungan itulah sebagai simbol kemakmuran Yogyakarta yang dibagikan kepada rakyat.

4. Tradisi Bale Suji Bali

Tradisi unik ini dilakukan oleh masyarakat di Kampung Kepaon, Denpasar, Bali. Tradisi ini dirayakan dengan mengarak Bale Saji yang berisikan hiasan bunga dari telur dan kertas. Makna dari telur tersebut dilambangkan sebagai sebuah kelahiran.

Bale suji yang diarak itu, merupakan batang pohon pisang, lalu telur, dan beragam hiasan seperti bunga kertas dan diarak keliling kampung Islam. Namun, selain Bale Suji di beberapa kampung Islam di Bali juga ada yang merayakan Maulid Nabi dengan tradisi mirip dan nama yang berbeda.

Seperti Sokok Basa, yang merupakan sebuah telur ditusuk-tusuk dan diletakkan di atas pejegan. Kemudian, rangkaian bambu yang diberikan hiasan bunga.

5. Tradisi Kars Rammang-ramang Sulawesi Selatan

Tradisi untuk memeriahkan Maulid Nabi yang sering dikenal masyarakat Sulawesi Selatan dengan nama Karst Rammang-ramang ini memang sedikit berbeda dengan di daerah lain di Indonesia. Tradisi ini dirayakan dengan mengarak ratusan makanan menggunakan perahu di sepanjang sungai.

Tradisi unik ini digelar di objek wisata karst Rammang-Rammang, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Maros, Sulawesi Selatan. Adanya diadakan tradisi unik tersebut merupakan simbol perwujudan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian memanjatkan rasa syukur atas nikmat sungai yang telah memberikan mata pencaharian.

6. Tradisi Keresan dari Mojokerto

Tradisi memperingati Maulid Nabi ini awal mulanya dibuka dengan pawai keliling desa atau kampung. Tradisi ini identik dengan pohon kersen (keres dalam bahasa Jawa) yang ditancapkan di tengah jalan desa. Pohon yang sudah ditancapkan itu telah diisi dengan beragam jenis barang.

Nantinya warga yang hadir dilokasi perayaan bisa beramai-ramai mengambil barang-barang yang tergantung di di pohon tersebut. Beragam jenis barang dan makanan yang tergantung di pohon kersen.

7. Tradisi Endhog-endhogan dari Banyuwangi

Saat memperingati Maulid Nabi warga Banyuwangi akan mengadakan tradisi unik bernama Endhog-endhogan. Tradisi ini dilakukan dengan cara masyarakat mengarak ribuan telur yang ditancapkan di batang pohon pisang, hal itu dipandang sebagai simbol nilai-nilai Islam.

Telut tersebut dihias beragak warna dan ditancapkan ke batang pisang. Satu batang pisang umumnya ada 50 telur yang di tempatkan di wadah-wadah kecil. Lalu batang pisang itu diarak keliling kampung.

Sembari mengarak batang pisang itu, warga ataupun pemuda kampung juga melantunkan salawat. Hal itu dipandang sebagai penghormatan atau penghargaan kepada Nabi Muhammad.

Setelah itu dilanjutkan dengan makan bersama makanan yang telah ditancapkan di batang pisang tersebut. . Hal itu sekaligus untuk mengingat kepedulian dengan melalui berbagi bersama. Itulah beberapa tradisi unik untuk merayakan Maulid Nabi di Indonesia. Secara Indonesia mempunyai ragam adat dan budaya yang kental di berbagai daerah nya.

Namun tentunya tidak hanya tradisi di atas saja yang ada, tetapi banyak tradisi unik lainnya untuk merayakan ataupun meriahkan Maulid Nabi di Indonesia.

Artikel ini telah dibaca 25 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Perkuat Sinergitas Antar Lembaga, Kapolres Situbondo Silaturahmi dengan Ketua Pengadilan Negeri

26 Juli 2024 - 15:26 WIB

Kapolres Situbondo Silaturahmi dengan Kajari, Perkuat Sinergitas untuk Melayani Masyarakat

26 Juli 2024 - 15:21 WIB

Kapolres Situbondo Silaturahmi ke Ponpes Walisongo, Mohon Doa dan Siap Bersinergi dengan Ulama

26 Juli 2024 - 15:16 WIB

Awali Tugas, Kapolres Situbondo Silaturahmi ke Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo

26 Juli 2024 - 15:10 WIB

Respon Cepat Polisi Amankan ODGJ yang Meresahkan Warga

26 Juli 2024 - 15:02 WIB

Satpolairud Polres Situbondo Kawal Ritual Petik Laut Desa Sumberanyar Banyuputih

26 Juli 2024 - 14:56 WIB

Trending di Berita