Situbondo, Publikapost.com – Menjelang Hari Raya Idul Fitri, umat Muslim di seluruh dunia, terutama dalam tradisi di Indonesia, bersiap menyambut hari kemenangan yang penuh sejarah ini. Namun, di balik gegap gempita perayaan, terselip nuansa kepiluan yang mendalam, Selasa, (25/3/2025)
Idul Fitri, yang seharusnya menjadi momen kebersamaan dan saling memaafkan, terkadang berubah menjadi jurang pemisah antara mereka yang berlimpah materi dan mereka yang berjuang untuk sekadar bertahan hidup.
Tradisi menyambut Idul Fitri dengan membeli pakaian baru, tas, alas kaki, serta mempercantik rumah dengan cat baru dan hidangan istimewa, menjadi pemandangan yang lazim. Namun, di balik kemeriahan itu, ada hati yang teriris. Bagi mereka yang kurang beruntung secara materi, perayaan Idul Fitri tidak selalu membawa kebahagiaan yang utuh.
Mereka menyaksikan kemeriahan dari kejauhan, merasakan kontras yang tajam antara sukacita orang lain dan keterbatasan mereka sendiri.
Idul Fitri, yang seharusnya menjadi simbol kesetaraan dan persaudaraan, terkadang justru memperlihatkan jurang ketidaksetaraan yang menganga lebar. Momen yang seharusnya diisi dengan saling berbagi dan menguatkan, terkadang diwarnai oleh kesenjangan yang memilukan.
Namun, di tengah kepiluan itu, harapan tetap menyala. Idul Fitri adalah pengingat akan pentingnya empati dan kepedulian. Momen ini seharusnya menjadi panggilan untuk merangkul mereka yang terpinggirkan, untuk berbagi kebahagiaan, dan untuk memastikan bahwa tidak ada yang merasa sendirian di hari kemenangan.
Lebih dari sekadar perayaan lahiriah, Idul Fitri sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam dan luas, menyentuh berbagai aspek kehidupan spiritual dan sosial umat Muslim:
* Kemenangan atas Diri Sendiri: Simbol kemenangan atas hawa nafsu dan ego, pencapaian spiritual yang patut disyukuri.
* Kembali ke Fitrah: Momen untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan, kembali ke keadaan suci.
* Momen Saling Memaafkan: Waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan melupakan kesalahan masa lalu, simbol semangat persaudaraan.
* Meningkatkan Kepedulian Sosial: Pengingat akan pentingnya kepedulian sosial, berbagi rezeki dengan mereka yang kurang mampu melalui zakat fitrah.
* Simbol Persatuan Umat Muslim: Salat Id berjamaah adalah simbol persatuan, merayakan keberagaman dalam persatuan.
* Refleksi Spiritual: Waktu untuk merenungkan makna Ramadan, meningkatkan kualitas diri.
Dengan demikian, Idul Fitri bukan sekadar perayaan lahiriah, tetapi juga perayaan batiniah. Ini adalah saat untuk merenungkan makna sejati dari kemenangan, untuk membersihkan hati dari segala kebencian dan dendam, dan untuk mempererat tali persaudaraan.
Idul Fitri adalah kesempatan untuk membangun jembatan antara mereka yang berlimpah dan mereka yang kekurangan, untuk memastikan bahwa setiap orang dapat merasakan kehangatan dan kebahagiaan di hari yang suci ini.