Publikapost.com, Situbondo – Alat penyadap yang dibuat perusahaan asal Israel, NSO Grup, memberikan rasa khawatir akan keselamatan dunia siber di Indonesia. Riwayat penggunaan Pegasus di Indonesia sudah berjalan sejak 2017 ketika Polda Metro Jaya mendatangkan teknologi tersebut dengan nominal Rp 99 miliar. Pada 2018, Baintelkam Mabes Polri juga mengeluarkan dana sebesar Rp 149 miliar untuk Pegasus.
Sementara pada 30 September 2022, reuters.com turut melaporkan bahwa belasan pejabat senior pemerintah dan militer Indonesia diduga menjadi sasaran intai Pegasus, salah satunya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Walau dugaan itu telah dibantah oleh pihak internal kementerian, ini tetap menjadi kontroversi sebagai dampak buruk penggunaan spyware di suatu negara.
Menukil cnnindonesia.com, jejak kasus penyadapan alat penyadap buatan Israel tersebut sudah memakan banyak korban. Berikut ulasannya:
1. Digunakan untuk intai dan bunuh Jamal Khasoggi
Seorang wartawan asal Arab Saudi yang dibunuh di konsulatnya sendiri di Turki pada 2018, diduga dimata-matai menggunakan spyware Pegasus milik NSO Group itu.
Edward Snowden Programmer Amerika Serikat menyebut bahwa salah satu smartphone dari rekan Khashoggi yang tinggal di pengasingan di Kanada telah terinfeksi oleh spyware Pegasus. Menurutnya, Saudi bisa mengumpulkan informasi mengenai Khashoggi dengan software tersebut.
2. Jeff Bezos kena Pegasus
Pendiri perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, Amazon, Jeff Bezos mengalami peretasan lewat WhatsApp. Ponsel Bezos diduga dikirim spyware oleh akun WhatsApp Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS) pada 2018
Spyware itu kemudian berhasil mengambil data dan informasi milik Bezos. Laporan dari penyidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), spyware berhasil mencuri data sebesar 6 GB.
Artikel dan foto-foto tentang hubungan Bezos dan Sanchez terbit di majalah National Enquirer. Pada Februari 2019, Bezos menyatakan majalah itu hendak memerasnya.Menurut pernyataan konsultan keamanan Bezos, Gavin de Becker, pada 31 Maret 2019, Saudi diduga sebagai pihak yang mencuri dan membocorkan percakapan mesra antara Bezos dan mantan pembawa acara televisi perempuan yang diduga kekasihnya, Lauren Sanchez.
Bezos yang memiliki surat kabar The Washington Post diduga menjadi sasaran karena pemberitaan soal Khashoggi. Ketika Khashoggi masih hidup, dia menjadi kolumnis di surat kabar tersebut dan kerap mengkritik pemerintah Saudi yang dipimpin Raja Salman dan Pangeran Mohammed.
Setelah pemberitaan pembunuhan Khashoggi sangat gencar diulas oleh The Washington Post, Bezos sempat mengunggah tulisan secara daring pada Februari 2019 bahwa dia merasa menjadi musuh Arab Saudi.
3. Wartawan Aljazeera jadi korban
Puluhan wartawan Al-Jazeera dilaporkan menjadi sasaran penyadapan smartphone lewat serangan spyware canggih buatan Israel yang digunakan oleh pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Hal itu diungkap oleh pengawas keamanan siber Citizen Lab di Universitas Toronto pada Desember 2020. Al-Jazeera sendiri adalah perusahaan media milik pemerintah Qatar. Kedua negara itu belakangan terlibat dalam perselisihan geopolitik dengan Qatar.
Pengawas keamanan siber melacak malware yang menginfeksi telepon pribadi dari 36 jurnalis, produser, pembawa berita dan eksekutif di Al-Jazeera. Diprediksi spyware itu terikat dengan NSO Group yang berbasis di Israel.
4. Pegasus melakukan pengawasan sejak 2016 ke berbagai negara
Alat mata-mata dan penyadap canggih ala militer itu telah dilisensikan perusahaan spyware Israel NSO Group. Lalu dari penyelidikan ditemukan ponsel yang diretas ada dalam daftar lebih dari 50 ribu nomor yang berbasis di negara-negara yang diketahui bertugas untuk mengawasi orang.
NSO sebelumnya telah melakukan pengawasan sejak 2016, dan terungkap menyadap aktivis HAM di Uni Emirat Arab dan seorang jurnalis di Meksiko. Sejak itu spyware Pegasus malah digunakan untuk melawan jurnalis, aktivis hak asasi manusia, dan pembuat kebijakan di Meksiko dan Arab Saudi.
NSO Group kini berada di bawah pengawasan ketat setelah aliansi internasional yang terdiri dari sejumlah media massa dunia melaporkan perangkat lunaknya untuk menargetkan jurnalis, aktivis kritis dan oposisi.
Di antaran tindakan lainnya, NSO juga dilaporkan sudah menjual aplikasi mata-mata itu kepada beberapa negara, seperti Azerbaijan, Prancis, Hongaria, India, dan Maroko.
Seorang sumber yang dekat dengan NSO grup juga membeberkan bahwa perusahaan itu telah menjual sistem Pegasus kepada pemerintah Bahrain, Meksiko, Arab Saudi dan U.E.A.