Situbondo, Publikapost.com – Peristiwa penting yang terjadi di masa lalu khususnya masa nabi-nabi terdahulu akan dijadikan suri taulan untuk generasi selanjutnya. Pada bulan Muharram yang dalam pandangan ulama menyebut sebagai bulan Allah memiliki banyak peristiwa penting.
Kisah-kisah yang terjadi di dalam bulan itu mengajarkan kepada kita semua bahwa menjadikan bulan tersebut bulan yang mulia dan istimewah. Saking mulianya bahkan Allah swt menjadikan Muharram sebagai salah satu dari empat bulan haram dalam Islam.
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (Qs. At taubah: 36)
Peristiwa pada bulan Muharram, tersimpan rapi dalam kitab klasik umat Islam yang bernama Kitab I’anah at-Thalibin II/267, yang mana didalamnya merangkum peristiwa penting bersejarah, diantaranya adalah:
1. Diterimanya taubat Nabi Adam as setelah diturunkan dari surga.
2. Diangkatnya Nabi Idris as ke tempat yang tinggi.
3. Diturunkannya Nabi Nuh as dari kapal pasca banjir bandang.
4. Diselamatkannya Nabi Ibrahim as dari bakaran apinya raja Namrud.
5. Diturunkannya kitab Taurat Nabi Musa as.
6. Dikeluarkannya Nabi Yusuf as dari dalam penjara.
7. Disembuhkannya kebutaan yang menimpa Nabi Ya’qub as dari wasilah pakaiannya Nabi Yusuf as
8. Disembuhkannya Nabi Ayyub as dari sakit kulit yang berkepanjangan
9. Dikeluarkannya Nabi Yunus as dari perut ikan Nun.
10. Disibakkannya lautan bagi Bani Israil yang melarikan diri dari kejaran raja Fir’aun yang kejam
11. Diampuninya Nabi Daud as dari kesalahannya.
12. Diberikannya Nabi Sulaiman as kekuasaan berupa kerajaan yang megah.
13. Diangkatnya kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang dari Nabi Muhammad saw.
Perlu diketahui sebelumnya, di kalangan santri di Indonesia kitab I’anah Ath-Thalibin sangat dikenal. Namun siapa sangka, penulisnya (juru tulis Syekh Bakri Satha) ternyata seorang syekh keturunan orang Banjar.
Syekh keturunan orang Banjar itu bernama Syekh Ali bin Abdullah bin Mahmud bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau dilahirkan di Makkah Al Mukarromah tahun 1285 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1868 Miladiyah (Masehi), dan tumbuh di dalam keluarga shaleh dan shalehah.
Saat itu, Syekh Ali menjadi perhatian di antara sekian banyak murid yang mengaji kepada Sayyid Abu Bakar Satha. Kecakapannya dalam bidang ilmu fiqih membuat Sayyid Abu Bakar menunjuk Syekh Ali sebagai katib (Juru tulis) kepercayaannya ketika mengarang kitab.
Kitab ini merupakan tulisan bermodel hasyiyah, yaitu berbentuk perluasan penjelasan dari tulisan terdahulu yang lebih ringkas. Kitab I’anah Ath-Thalibin ini selesai ditulis pada Hari Rabu ba’da Ashar, 27 Jumadil al-Tsani Tahun 1298 H.