Situbondo, Publikapost.com – Setiap manusia, dalam perjalanan hidupnya, diuji dengan cara yang unik. Keceriaan yang ditampilkan seringkali menjadi tameng, simbol kekuatan untuk tetap mengingat Sang Pencipta. Dalam sunyi, jiwa merenung, mencari makna di balik setiap peristiwa.
“DIAM” bukan sekadar ketiadaan suara, melainkan sebuah filosofi hidup. Duduk, merenung, mengingat Allah, dan pada akhirnya, menang. Itulah esensi dari diam. Dalam keheningan, kita menemukan kekuatan untuk menghadapi badai kehidupan. Ketika dunia luar berisik dengan tuntutan dan kekecewaan, diam menjadi tempat perlindungan, tempat jiwa menemukan kedamaian.
Setiap air mata yang jatuh, setiap luka yang menganga, adalah bagian dari skenario ilahi. Dalam diam, kita belajar untuk menerima, untuk mengikhlaskan, dan untuk mempercayai bahwa di balik setiap ujian, ada hikmah yang tersembunyi.
Keceriaan, meskipun palsu, adalah pengingat bahwa harapan selalu ada. Ia adalah cahaya kecil yang menembus kegelapan, penanda bahwa kita tidak sendirian. Dan dalam diam, kita menemukan kekuatan untuk menjaga cahaya itu tetap menyala.
Situbondo
Kaka Bro
(Minggu, 30/3/2025).