Situbondo, Publikapost.com – Momentum Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak hanya diperingati oleh masyarakat yang berada di lingkungan pemukiman atau lingkungan masyarakat pada umumnya. Namun juga bisa diperingati oleh sebagian saudara kita yang tengah menjalani hukuman di sebuah rumah tahanan negara (Rutan).
Seperti halnya yang dilakukan oleh Rutan Kelas IIB Situbondo yang merayakan momen bersejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 Hijriyah dengan penuh kekhidmatan yang berlangsung di Aula Baharuddin Lopa. Sabtu,(07/10/2023)
Pihak Rutan Kelas IIB Situbondo dalam kegiatan ini turut mengundang penceramah sekaligus merupakan Ketua MUI Situbodo, yakni Habib Muhammad Abu Bakar Al Muhdar, yang memberikan tausiah berharga kepada warga binaan.
Habib Muhammad Abu Bakar Al Muhdar, dalam tausiahnya, mengangkat tema yang mendalam yakni tentang Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam adalah suri tauladan yang baik dalam berbagai hal. Termasuk dalam perbuatan atau akhlak.
“Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul sekaligus menjadi uswah hasanah (suri teladan yang baik) bagi umatnya. “Laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatun” yang artinya “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab : 21). Untuk bisa mencintai dan meneladani kehidupan Nabi Muhammad secara benar, tentunya kita harus mempelajari serta mengkaji sepak terjang beliau semasa hidupnya.” ujar Habib Muhammad Abu Bakar Al Muhdar dalam tausiyahnya.
Kepala Rutan Kelas IIB Situbondo, Rudi Kristiawan, menyampaikan bahwa dalam kegiatan ini, Rutan Situbondo mengajak ratusan WBP untuk selalu bersyukur diberikan kesehatan sehingga sampai saat ini bisa mengikuti dan melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
“Ini merupakan sebagai bentuk kekompakan kita dalam kehidupan di Rutan Situbondo dan sekaligus sebagai bentuk pelayanan kita kepada WBP bahwasanya petugas di Rutan Situbondo ini memanusiakan seluruh WBP.” ujar Karutan Rudi.
Selain itu Karutan Rudi menambahkan bahwa tidak ada perbedaan diantara WBP dengan Petugas Rutan Situbondo.
“Semua sama tidak ada perbedaan, kita sebagai petugas melayani dan mengayomi WBP selayaknya manusia bukan sebagai napi atau lainnya, sehingga hal ini tercipta suatu kekompakan dan rasa kekeluargaan diantara kita.” tutupnya.
Kegiatan keagamaan semacam ini bukan hanya sebagai ungkapan rasa syukur, tetapi juga sebagai bentuk pendekatan spiritual yang mendalam di tengah suasana pemasyarakatan. (Dee)