Publikapost.com – Perjuangan buruh sejak dulu sudah digaungkan oleh beberapa kalangan khususnya para tokoh nasional maupun internasional. Bahkan dalam kalangan pemeluk agama, bukan hanya islam, juga memperjuangan kalangan buruh. Demonstrasi, perubahan legislasi atau ruang diskusi menjadi wadah untuk terus memberikan keadilan untuk kalangan tersebut.
Pada zaman jahiliyah dulu di Kota Makkah masyarakat asyarakat terkotak-kotak sesuai dengan derajat kekayaan atau nasab mereka. Orang kaya dan bernasab tinggi kerap berlaku sewenang-wenang terhadap kaum yang berada di bawah mereka.
Menukil nu.oi.id, perbudakan pada waktu itu juga semakin dijadikan komodifikasi untuk melakukan pekerjaan di dalam atau luar rumah. Kemudian Islam datang membawa pesan kesetaraan dan konsep anti marjinalisasi. Fakta sejarah pun mengemuka, melalui pesan kesetaraan ini, pemeluk Islam di masa-masa awal kedatangannya justru dipenuhi oleh kalangan rakyat bawah—orang-orang yang dianggap budak. Ini adalah salah satu esensi ajaran yang dibawa Islam untuk mengikis perbudakan dan kesewenangan terhadap masyarakat miskin.
Nabi Muhammad tidak datang hanya dengan membawa risalah agama. Seolah-olah selalu agama yang patut dibela dan menafikan antikesejahteraan yang dialami oleh saudara-saudara kita sesama muslim. Hal ini tentu berbeda jika melihat akhir-akhir ini muslim lebih tergugah untuk diajak berjuang membela agama secara formalistis dan mendekatkan diri kepada islam politik dibandingkan berjuang membela hak-hak buruh yang semakin susah hidupnya dewasa ini. Seolah-olah membela agama lebih tinggi derajatnya di sisi Allah daripada membela orang-orang susah. Padahal Nabi tidak pernah mengajarkan demikian.
Dalam dakwahnya, Nabi selalu mengajarkan bagaimana orang-orang yang susah bisa hidup mapan dan sejahtera. Tidak terkecuali para buruh. Dan buruh adalah salah satu objek dakwah Nabi agar kehidupan mereka terjamin dan bebas dari akal-akalan si pemilik modal saat itu.
Baca Juga :
Karyawan Wajib Tahu Menghitung Gaji yang Terlambat, Pengusaha Juga Harus Hati-Hati Denda dan Sanksi Berat Menanti
Yakni selain liutammima makarimal akhlaq dengan cara berbuat baik kepada buruh dan tidak berbuat sewenang-wenang, serta rahmatan lil alamin, yakni agar hak-hak mereka terpenuhi dan memiliki kehidupan yang sejahtera dan membahagiakan mereka.
Nabi juga secara langsung menjamin hak-hak buruh. Pertama, Nabi pernah melarang seorang untuk mempekerjakan seseorang kecuali upahnya sudah jelas. Sebagaimana disampaikan oleh Ibrahim an-Nakhai:
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ اسْتِئْجَارِ الأَجِيْرِ حَتَّى يَتَبَيَّنَ أَجْرَهُ
Kedua, saat kita mempekerjakan mereka kita tidak boleh berlaku sewenang-wenang dan zalim kepada mereka. Hal ini diungkapkan Nabi dari Abu Hurairah dalam hadits yang sangat panjang ketika Nabi berkhutbah di Madinah sebelum Nabi wafat. Salah satu pesan Nabi saat itu adalah:
وَمَنْ ظَلَمَ أَجِيرًا أُجْرَةً حَبِطَ عَمَلُهُ ، وَحُرِّمَ عَلَيْهِ رِيحُ الْجَنَّةِ
Artinya: “Siapa yang berlaku zalim terhadap upah seorang pekerja/buruh. Maka haram baginya bau surga (haram baginya surga).” Ketiga, Nabi memerintahkan agar upah buruh diberikan secara langsung tanpa ditunda-tunda terlalu lama. Sebagaimana pernyataan Nabi dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah:
أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ رَشْحُهُ.
Artinya: “Berikanlah upah kepada buruh sebelum keringatnya kering.”
Baca Juga :
Sarbumusi Situbondo di era Transformasi – Industrialisasi Kembali Bangkit
Keringat kering yang dimaksud dalam hadits di atas adalah tidak terlalu lama atau ditunda-tunda. Sehingga saking lamanya, keringatnya menjadi kering. Nabi Muhammad begitu gamblang dalam membela hak-hak buruh. Mulai dari proses perekrutan, hingga proses pemberian gaji disampaikan agar hak-hak buruh bisa terjamin. Sehingga Islam masih tetap berkontribusi dalam menjaga kesejahteraan dan kemapanan. Karena Islam tidak melulu soal syariat. Lebih dari itu, secara nilai (bukan secara formal) Islam memiliki misi yang besar, yakni kesamarataan dan kesejahteraan. Agar Islam Rahmatan lil Alamin bukan hanya sekadar slogan.