Situbondo, Publikapost.com – Pelayanan dari Petugas Rumah Sakit Elisabeth dinilai buruk oleh seorang pasien yang akan sedang memeriksakan anaknya di ruang IGD Rumah Sakit Elisabeth, Senin (03/07/2023)
Hal itu disampaikan oleh salah seorang keluarga pasien, warga asal Desa Kayumas Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo yang pada minggu malam hendak mengantarkan anaknya, Dicky Pramana di ruang IGD RS Elisabeth.
Yono yang merupakan bapak dari pasien tersebut mengatakan dirinya pada saat itu hendak mengantarkan anaknya yang sakit dan sedang ditangani di IGD.
“Karena di IGD ada pembatasan jadi saya menunggu di parkiran dan anak saya, Dicky Pramana didampingi oleh mamanya, kemudian kok anak saya menangis dan lari ke parkiran dalam keadaan tangannya luka bekas di injeksi beberapa kali.” kata Yono saat dikonfirmasi oleh jurnalis publikapost.com (02/07/23) malam.
Selain itu dirinya menyesalkan atas pelayanan rumah sakit elisabeth, terutama perawat yang menangani anaknya di ruang IGD Rumah Sakit Elisabeth tersebut.
“Jika perawatnya masih baru kenapa kok tidak didampingi oleh dokter, padahal disana ada dokter jaganya.? Dan ini tidak ada injeksi yang masuk, obat yang masuk tapi di notanya ada biaya dengan jumlah sepuluh ribu rupiah, tapi ini bukan masalah sepuluh ribu rupiahnya, tapi ini dibikin praktek atau percobaan?apakah rumah sakit ini sudah saya percaya sebagai rumah sakit bonafid?” ungkapnya dengan nada kecewa dan kesal.
Selanjutnya dirinya menjelaskan bahwa di tangan anaknya terdapat bekas lima kali bolong akibat gagal diinjeksi.
“Kalau satu, dua, tiga, empat, lima kali gagal terus apa mau dicoba sampai bosok gitu, seharusnya satu, dua kali kalau tidak bisa kan bisa panggil perawat yang senior atau dokter jaga to dan saya harap ini tidak terjadi terhadap pasien-pasien lainnya.” tutupnya.
Sementara itu saat sejumlah Jurnalis akan mengkonfirmasi ke Direktur Rumah Sakit Elisabeth, kemudian diarahkan ke bagian Customer Servis,
Todi selaku Customer Service mengatakan bahwa tim medis yang sudah melakukan pemeriksaan terhadap Pasien Dicky Pramana adalah perawat senior. Cuman pada saat melakukan injeksi pembuluh darah pasien mudah pecah, sehingga harus dilakukan injeksi berulang-ulang.
“Setelah tiga kali dilakukan injeksi tidak berhasil. Akhirnya ketika mau dilakukan injeksi lagi oleh petugas yang berbeda, pasien malah menolak,” ujar Todi.
Selain itu dirinya juga menjelaskan bahwa proses injeksi berulang kali tidak hanya terjadi pada satu pasien. Hal ini dikarenakan kondisi pasien yang berbeda-beda.
“Hal itu bisa saja terjadi kepada yang lain. Karena kondisi pasien berbeda-beda,” tegasnya.
Masih kata Todi, pihaknya bakal memanggil pihak pasien yang merasa tidak nyaman dengan pelayanan rumah sakit. Tujuannya untuk meminta maaf.
“Kami bakal memanggil pasien dan memberikan pemahaman,” tutupnya. (Dedi)